Lebih Tau Tentang Code Switching




Postingan kali ini penulis ingin membahas mengenai code switching. Yup, bukan tanpa alasan penulis membahas materi ini. Sebab, dalam beberapa bulan kedepan penulis akan bergelut dengan tugas akhir kuliah yang materi pembahasannya mengenai code switching

Mengapa penulis mengambil topik ini untuk dibahas ditugas akhir kelak? Karena berhubung kita mahasiswa sastra jadi sebagian besar mahasiswa mengambil topik tentang literature baik itu dengan media novel, puisi, movie dll. Karena dirasa sudah terlalu banyak yang membahas tentang literature, penulis ingin mencoba sesuatu yang berbeda ya meskipun sebagian mahasiswa juga ada yang mengambil pembahasan mengenai linguistik. 

Code switching sendiri merupakan sub pembahasan dari materi linguistik. Berikut penulis paparkan sedikit mengenai code switching.

A. Pengertian Kode ( Code )

Istilah kode dipakai untuk menyebut salah satu varian di dalam hierarki kebahasaan, sehingga selain kode yang mengacu kepada bahasa (seperti bahasa Inggris, Belanda, Jepang, Indonesia), juga mengacu kepada variasi bahasa, seperti varian regional (bahasa Jawa dialek Banyuwas, Jogja-Solo, Surabaya), juga varian kelas sosial disebut dialek sosial atau sosiolek (bahasa Jawa halus dan kasar), varian ragam dan gaya dirangkum dalam laras bahasa (gaya sopan, gaya hormat, atau gaya santai), dan varian kegunaan atau register (bahasa pidato, bahasa doa, dan bahasa lawak)
Kenyataan seperti di atas menunjukkan bahwa hierarki kebahasaan dimulai dari bahasa/language pada level paling atas disusul dengan kode yang terdiri atas varian, ragam, gaya, dan register.


B. Alih Kode ( Code Switching )

Alih kode (code switching) adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain. Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa Jawa. Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa (languagedependency) dalam masyarakat multilingual. Dalam masyarakat multilingual sangat sulit seorang penutur mutlak hanya menggunakan satu bahasa. Dalam alih kode masing-masing bahasa masih cenderung mengdukung fungsi masing-masing dan dan masing-masing fungsi sesuai dengan konteksnya. Appel memberikan batasan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi.

Suwito (1985) membagi alih kode menjadi dua, yaitu :

  • Alih Kode Ekstern : bila alih bahasa, seperti dari bahasa Indonesia beralih ke bahasa Inggris ataupun sebaliknya.
  • Alih Kode Intern : bila alih kode berupa alih varian, seperti dari bahasa Sunda Kasar ke bahasa Sunda yang lebih halus


Beberapa faktor yang menyebabkan alih kode adalah:

1. Penutur

Seorang penutur kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur karena suatu tujuan. Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi atau sebaliknya.

2. Mitra Tutur

Mitra tutur yang latar belakang kebahasaannya sama dengan penutur biasanya beralih kode dalam wujud alih varian dan bila mitra tutur berlatar belakang kebahasaan berbeda cenderung alih kode berupa alih bahasa.

3. Hadirnya Penutur Ketiga

Untuk menetralisasi situasi dan menghormati kehadiran mitra tutur ketiga, biasanya penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar belakang kebahasaan mereka berbeda.

4. Pokok Pembicaraan

Pokok Pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius dan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan bahasa takbaku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya.

5. Untuk membangkitkan rasa humor

Biasanya dilakukan dengan alih varian, alih ragam, atau alih gaya bicara.

6. Untuk sekadar bergengsi

Meskipun faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor sosio-situasional tidak mengharapkan adanya alih kode, terjadi alih kode, sehingga tampak adanya pemaksaan, tidak wajar, dan cenderung tidak komunikatif.

C. Campur Kode ( Code Mixing )

Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristk penutur, seperti latar belakang sosil, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya, sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk juga konvergense kebahasaan (linguistic convergence).

Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu:

  • Campur kode ke dalam (innercode-mixing) : Campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya.
  • Campur kode ke luar (outer code-mixing) : Campur kode yang berasal dari bahasa asing.

Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

1. sikap (attitudinal type)
latar belakang sikap penutur
2. kebahasaan(linguistik type)
latar belakang keterbatasan bahasa, sehingga ada alasan identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan atau menafsirkan.

Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antaraperanan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa.

Beberapa wujud campur kode :

  • Penyisipan kata
  • Menyisipan frasa
  • Penyisipan klausa
  • Penyisipan ungkapan atau idiom
  • Penyisipan bentuk baster (gabungan pembentukan asli dan asing).


D. Persamaan dan Perbedaan Alih Kode dan Campur Kode

Persamaan alih kode dan campur kode adalah kedua peristiwa ini lazin terjadi dalam masyarakat multilingual dalam menggunakan dua bahasa atau lebih. Namun terdapat perbedaan yang cukup nyata, yaitu alih kode terjadi dengan masing-masing bahasa yang digunakan masih memiliki otonomi masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan disengaja, karena sebab-sebab tertentu sedangkan campur kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan memiliki fungsi dan otonomi, sedangkan kode yang lain yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut hanyalah berupa serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi dan otonomi sebagai sebuah kode. 

Unsur bahasa lain hanya disisipkan pada kode utama atau kode dasar. Sebagai contoh penutur menggunakan bahasa dalam peristiwa tutur menyisipkan unsur bahasa Jawa, sehingga tercipta bahasa Indonesia kejawa-jawaan. Thelander mebedakan alih kode dan campur kode dengan apabila dalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain disebut sebagai alih kode. Tetapi apabila dalam suatu periswa tutur klausa atau frasa yang digunakan terdiri atas kalusa atau frasa campuran (hybrid cluases/hybrid phrases) dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsinya sendiri disebut sebagai campur kode.

Nah, sekarang udah lebih faham kan mengenai apa itu code switching dan code mixing ? Kalau misalkan dirasa masing terdapat banyak kekurangan, kalian bisa membuka situs-situs terkait yang membahas lebih banyak tentang materi tersebut. Dan apabila terdapat kesalahan atau kekurangan jangan sungkan untuk memberikan masukan dan kritikan demi kebaikan penulis kedepannya. 

Terimakasih, semoga bermanfaat. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengganti Wallpaper di iPhone

Istilah-Istilah Format File Extension Gambar

Tutorial Screen Recording ( Rekam Layar ) di iOS 11